top of page

BEBERAPA METODE PENGAJARAN BAHASA

                                        YANG TERINSPIRASI USIA dan PEMEROLEHAN                                       

Oleh   :

1.    Yulia Pratitis Yusuf (NIM. 127835108)

2.    Yusnia Rohmawati

 

Mata Kuliah: Landasan Pengajaran Bahasa

Dosen Pengampu: Matsumoto Shoji, M.A

Dr. Subandi

 

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

PROGRAM PASCA SARJANA

KONSENTRASI BAHASA ASING JEPANG

 

            Proses pemerolehan bahasa kedua, atau bahasa asing, merupakan proses yang sangat rumit karena adanya banyak factor yang menjadi kendala. Akan tetapi, berkat usaha para ahli psikolinguistic yang telah melakukan berbagai eksperimen untuk memecahkan masalah tersebut, telah dihasilkan beberapa teori mengenai pemerolehan bahasa kedua tersebut, antara lain:

1.    RESPON FISIK TOTAL (Total Physical Respons)

Penyusun metode ini adalah James Asher (1977), seorang profesor psikologi Universitas Negeri San Jose California. Menurut Asher:

    a). Saat belajar bahasa pertama, anak-anak banyak mendengar sebelum bicara. Kegiatan mendengar itu diikuti oleh respon-respon fisik (meraih, meraba, bergerak. Melihat dsb)

b). Otak kanan akan berfungsi lebih dahulu dalam pemrosesan bahasa ketimbang otak kiri. Semakin sering atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktifitas gerak (motor activity).

c). Berbicara langsung kepada anak usia dini (AUD) adalah merupakan suatu proses memberi perintah, dimana anak merespon secara fisik lebih dulu sebelum dia mampu menghasilkan respon secara verbal.

d). Faktor emosi sangat efektif dalam pembelajaran bahasa anak, artinya belajar bahasa dengan melibatkan permainan dengan bergerak yang bisa dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita akan dapat mengurangi tekanan belajar bahasa seseorang.

Dengan keceriaan dalam diri anak (positive mood) akan memberikan dampak yang baik bagi belajar bahasa anak.

Penekanan pada pemahaman (comprehension) dan menggunakan gerakan fisik dalam mengajar bahasa asing pada level pengenalan (introductory level) sebenarnya merupakan suatu tradisi yang dilakukan sejak lama dalam pembelajaran bahasa yang biasa disebut sebagai “Action based teaching strategy” atau “English through Actions” yang kemudian berkembang menjadi metode Total Physical Respons (TPR).

         Kelas yang menggunakan metode TPR memanfaatkan “perintah” sebagai cara mudah membuat para pembelajar bergerak dan santai. Misalnya, “buka pintu”, “berdiri”, “duduk”, “ambil buku”, atau dalam kalimat Tanya, missal “dimana bukunya?”, “siapa John?” (murid murid akan menunjuk buku atau John). (Brown Douglas, 1980: h:84)

            Ilustrasi kelas khas TPR dalam pengajaran bahasa Jepang sebagai bahasa ke dua adalah sebagai berikut:

Guru  mengenalkan beberapa kalimat perintah dengan menggunakan Gesture-Gescha (bahasa tubuh), mengucapkannya, menyuruh siswa mendengarkan yang dikatakan guru dan mengikuti gerakan yang dilakukan guru.

 

Beberapa kalimat perintah tersebut antara lain:


·        “Tatte” (berdiri)

·        “suwatte” (duduk)

·        “hon o akete” (bukalah buku)

·        “teepu o kite” (dengarkan tape)

·        “e o mite” (lihatlah gambar)

·        “hon o yonde” (bacalah buku)

·        “sakubun o kaite” (tulislah karangan)

 

Lanjutan
bottom of page